BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita berbicara tentang persalinan
sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, karena semua persalinan baik
pervaginam ataupun perabdominal (section cesarea ) selalu disertai perdarahan.
Pada persalinan pervaginam perdarahan dapat terjadi sebelum, selama ataupun
sesudah persalinan.
Suatu perdarahan dikatakan fisiologis
apabila hilangnya darah tidak melebihi 500 cc pada persalinan pervaginam dan
tidak lebih dari 1000 cc pada sectio cesarea. Perlu diingat bahwa perdarahan
yang terlihat pada waktu persalinan sebenarnya hanyalah setengah dari
perdarahan yang sebenarnya. Seringkali sectio cesarea menyebabkan perdarahan
yang lebih banyak, harus diingat kalau narkotik akan mengurangi efek
vasokonstriksi dari pembuluh darah.
Infeksi nifas adalah
infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah melahirkan yang
ditandai dengan kenaikan suhu sampau 38 derajat celcius atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan. Menurut derajatnya, septicemia
merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi. Terutama bila sumber
infeksi telah menjalar ke organ-organ vital. Perdarahan bersama-sama infeksi
dan gestosis merupakan tiga besar penyebab utama langsung dari kematian
maternal.
BAB II
ISI
2.1 PENDARAHAN
POST PARTUM
a. Defenisi
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah
500 cc atau lebih yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat
terjadisebelum, selama, atau sesudah lahirnya plasenta.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian
a. Perdarahan
postpartum primer (early postpartum hemorrhage)
yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir.
b. Perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage)
yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu
setelah anak lahir.
b. Etiologi
Faktor-faktor
yang menyebabkan hemorrhage postpartum
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk
berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
Perdarahan postpartum secara fisiologis di control oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika
myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri,
uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena
salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya
kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari
uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
2. Retensio Plasenta
Apabila plasenta belum
lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu dinamakan retensio plasenta.
Hal ini bisa disebabkan karena : plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perarahan,
tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
- kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (
plasenta adhesiva )
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis
komalis menembus desidva sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum
Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25 % dari
kasus perdarahan postpartum.
3. Trauma
Sekitar 20% kasus hemorraghe postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir, perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan
kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun
episitomi.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika
mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan
antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan
perbaikan episitomi.
c. Faktor
Resiko
Riwayat hemorraghe
postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko paling besar
untuk terjadinya hemorraghe postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan
untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu
kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya hemorraghe postpartum
1. Grande multipara
2. Perpanjangan persalinan
3. Chorioamnionitis
4. Kehamilan multiple
5. Injeksi Magnesium sulfat
6.
Perpanjangan pemberian oxytocin
d. Pencegahan
dan Manajemen
1. Pencegahan
Pendarahan Post Partum
·
Perawatan
masa kehamilan
Mencegah
atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting
·
Persiapan
persalinan
Di
rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah,
dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan dititipkan di bank darah
·
Persalinan
Setelah
bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur
sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik
2. Manajemen
Pendarahan Post partum
Tujuan utama pertolongan pada pasien
dengan perdarahan postpartum adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari
perdarahan secepat mungkin.
Terapi pada pasien dengan hemorraghe postpartum mempunyai 2
bagianpokok :
a. Resusitasi dan
manajemen yang baik terhadap perdarahan
Pasien dengan hemorraghe postpartum
memerlukan penggantian cairan dan pemeliharaan volume sirkulasi darah ke organ
– organ penting. Pantau terus perdarahan, kesadaran dan tanda-tanda vital
pasien.
Pastikan dua kateler intravena ukuran
besar (16) untuk memudahkan pemberian cairan dan darah secara bersamaan apabila
diperlukan resusitasi cairan cepat.
Pemberian cairan : berikan ringer lactate
Transfusi darah : bisa berupa whole blood ataupun packed redcell
Evaluasi
pemberian cairan dengan memantau produksi urine (dikatakan perfusi cairan ke
ginjal adekuat bila produksi urin dalam 1jam 30 cc atau lebih)
b. Manajemen penyebab hemorraghe postpartum
Tentukan
penyebab hemorraghe postpartum :
·
Atonia Uteri
Periksa ukuran dan tonus uterus dengan
meletakkan satu tangan di fundus uteri dan lakukan massase untuk mengeluarkan
bekuan darah di uterus dan vagina. Apabila
terus
teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan baik perlu dilakukan massase yang
lebih keras dan pemberian oxytocin. Pengosongan kandung kemih bisa mempermudah
kontraksi uterus dan memudahkan tindakan selanjutnya.
·
Trauma Jalan Lahir
Perlukaan jalan lahir sebagai penyebab
pedarahan apabila terus sudah berkontraksi dengan baik tapi perdarahan terus
berlanjut. Lakukan eksplorasi jalan lahir untuk mencari
perlukaan jalan lahir dengan penerangan
yang cukup. Lakukan reparasi penjahitan setelah diketahui sumber perdarahan,
pastikan penjahitan dimulai diatas puncak luka dan berakhir
dibawah
dasar luka. Lakukan evaluasi perdarahan setelah penjahitan selesai.
·
Gangguan Pembekuan
Darah
Jika manual eksplorasi telah
menyingkirkan adanya rupture uteri, sisa plasenta dan perlukaan jalan lahir
disertai kontraksi uterus yang baik mak kecurigaan penyebab perdarahan adalah
gangguan
pembekuan darah. Lanjutkan transfuse darah.
2.2 INFEKSI
NIFAS
a. Defenisi
Infeksi
post partum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan,
yang ditandai dengan kenaikan suhu sampai dengan 28 derjat atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat genitalia
kembali pada keadaan sebelum hamil, kira – kira 6-8 minggu.
b. Fisiologi
Post partum
Akhir
dari persalinan hamper seluruh system tubuh mengalami perubahan secara
progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor, untuk
menghindari terjadinya komplikasi.
c. Etiologi
·
Eksasogen : kuman yang
dating dari luar
·
Autogen : kuman yang
masuk dari tempat lain didalam tubuh
·
Endogen : kuman dari
jalan lahir
Etiologi pendarahan post partum berdasarkan
klasifikasi dan penyebabnya :
·
Atonia uteri,
disebabkan oleh peregangan rahim yang berlebihan karena gameli atau anak yang
terlalu besar.
·
Robekan jalan lahir,
pendarahan dalam keadaan plasenta lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat
dipastikan pendarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
·
Retensio plasenta,
plasenta yang sukar dilepaskan yang disebebkan oleh perlengketan yang sangat
kuat antara plasenta dan uterus.
d. Faktor
Predisposisi
·
Keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan penderita, seperti pendarahan yang banyak, pre eklamsi,
dan infeksi lainnya.
·
Partus lama terutama
dengan ketuban pecah dini.
·
Tindakan debah vagina
yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
·
Tertinggalnya sisa
plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
e. Patologi
Setelah
kala III, daerah bekas insertion plasenta dengan permukaan yang tidak rata,
adanya benjolan- benjolan karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus dan
merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuma-kuman dan masuknya jenis-jenis
yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering kali mengalami perlukaan pada
persalinan, begitu juga vulva, vagina, perineum, merupakan tempat masuknya
kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat
menyebar diluar luka asalnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perdarahan
adalah salah satu penyebab utama langsung kematian maternal, terutama di Negara
yang kurang berkenbang perdarahan merupakan penyebab terbesar kematian
maternal.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500 cc atau lebih
yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi secar massif dan
cepat, atau secara perlahan – lahan tapi secara terus menerus. Perdarahan
hanyalah gejala, harus dicari tahu penyebabnya untuk memberikan
pertolongan
sesuai penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kebidanan, editor Prof.dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOg, edisi
Ketiga
cetakan Kelima,Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
1999
Prof.Dr.Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obstretis, edisi 2 jilid 1,
Editor Dr.
Delfi Lutan, SpOG
Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke tiga Jilid Pertama , Editor
Arif Mansjoer ,
Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri , Wahyu Ika Wardani , Wiwiek
Setiowula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar