Mata Kuliah : Komunikasi dan kondeling dalam
kebidanan
SKS :
1 T, 2P
Dosen : Delfi Prima Yufi
S.ST
Topik : Strategi membantu klien dalam
pengambilan keputusan
Sub topic :
a.
.Faktor yang
mempengaruhi
b.
Tipe pengambilan keputusan
c.
Pemberian informasi efektif
d.
Saat sulit dalam penerapan KIP/K
e.
Kesulitan saat konseling
A.
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
1.
Setelah selesai perkuliahan ini, mahasiswa dapat menjelaskan
tentang strategi membantu klien dalam pengambilan keputusan.
2.
Setelah sub topik ini dibahas, mahasiswa dapat menjelaskan
tentang membantu klien dalam pengambilan keputusan.
3.
Tanpa melihat catatan, mahasiswa dapat menjelaskan tentang
membantu klien dalam pengambilan keputusan.
B.
REFERENSI
1.
Charles V. Larson, 1986, Persuasion:
Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing
Company, California.
3.
Uripni,charistina lia,dkk,2003,
Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
4.
William I. Gorden, 2005. Komunikasi
Kesehatan. Jakarta
5.
Yulifah, rita. 2009. Komunikasi dan konseling dalam
kebidanan. Salemba.
C.
BAHAN DAN SUMBER
Hand out, Power point, LCD, Laptop, White board, Spidol.
D.
LAMPIRAN MATERI
PENDAHULUAN
|
Komunikasi adalah hubungan kontak
antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan
sehari-hari di sadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari
kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia dilahikan sudah berkomunikasi
dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan
adalah tanda komunikasi.
Sementara itu, untuk menjalin rasa
kemanusiaan yang akrab diperlukan saling pengertian sesame anggota masyarakat.
Dalam hal ini, faktor komunikasi memainkan peran penting, apalagi bagi manusia
modern, manusia modern yaitu manusia yang cara berpikirnya tidak spekulatif,
tetapi berdasarkan logika dan rasional (penalaran) dalam melaksanakan segala
kegiatan dan aktivitasnya. Kegiatan dan aktivitasnya itu akan terselenggara
dengan baik melalui proses komunikasi antar manusia. Komunikasi telah menjadi
bahan dari kehidupan manusia. Berhasilny
suatu komunikasi ialah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-unsur
yang di maksud adalah sumber (resource), pesan (message), saluran (chanel,
media) dan penerima (receiver, audience).
Komunikasi merupakan landasan bagi
profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan karena tugas bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
URAIAN MATERI
|
Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan
Kemampuan dan ketrampilan
dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang
sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan
klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupakan
suatu keputusan yang tepat.
4 strategi
yang dapat membantu klien dalam pengambilan keputusan :
Membantu klien kemungkinan meninjau pilihannya.
Beri
kesempatan klien untuk meninjau kembali beberapa alternatif pilihannya, agar
tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan.
Melihat
kembali keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekwensi
negatif.
Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan
pilihannya, bantu klien untuk mencermati pilihannya.
Membantu klien
menyusun rencana kerja untuk menyelesaikan masalahnya.
Pengambilan
keputusan menggunakan 3 K yaitu mempertimbangkan kondisi, kehendak dan
konsekuensinya.
Identifikasi kondisi
yang dihadapi oleh klien
Susunlah daftar
kehendak / pilihan keputusan
Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya baik yang
positif maupun yang negatif.
Hal-hal yang
perlu ditekankan dalam pengambilan keputusan
Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan
keputusan ini dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya untuk menimbang
klien sesuai dengan situasinya, diberi informed choise.
Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan
saran yang sesuai dengan riwayat kesehatan, keinginan dan situasi.
Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggungjawab klien.
Konseling bukan proses informasi melainkan informasi setelah
konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien,
dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan kebutuhannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Fisik
Orang
akan mengambil keputusan didasarkan pada pertimbangan fisik. Biasanya memilih
hal–hal yang tidak berat dan memforsir tubuh serta tenaga. Ini tentunya
didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh seperti rasa sakit, tidak nyaman
atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan
rasa tidak senang sebaliknya memilih tingkah laku yang menimbulkan kesenangan.
Emosional
Pengambilan
keputusan hanya didasarkan pada pengambilan keputusan atau perasaan, biasanya
hal ini terjadi pada kaum perempuan. Sikap subyektifitas akan mempengaruhi
sikap yang diambil, sehingga orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subyektif
Rasional
Pengambilan
keputusan secara rasional biasanya didasarkan pada pengetahuan dan dilakukan
oleh orang–orang terpelajar dan intelektual.
Praktikal
Didasarkan
pada ketrampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan
menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuannya dalam bertindak.
Interpersonal
Didasarkan
pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang
lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
Struktural
Didasarkan
pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberi hasil yang
mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Tipe pengambilan keputusan pengambilan keputusan,
saraswati, tarigan, 2002
Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa–apa
Membiarkan kejadian berlalu, tanpa berbuat apa–apa karena
ketidaksanggupan atau merasa tidak sangup
Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera. Terasa sebagai
keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.
Pengambilan keputusan terpaksa, karena sudah krisis. Sesuatu
yang harus segera dilaksanakan.
Pengambilan keputusan reaktif. Seringkali dilakukan dalam
situasi marah atau tergesa–gesa
Pengambilan keputusan yang ditangguhkan. Dialihkan pada orang
lain, membiarkan orang lain yang bertanggungjawab.
Pengambilan keputusan secara hati–hati. Difikirkan secara
baik–baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
Pemberian informasi dikatakan efektif
apabila :
Informasi yang
diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam membuat keputusan.
Informasi disesuaikan
dengan situasi klien dan mudah dimengerti.
Memperhatikan hal -
hal :
Singkat dan tepat (pilih hal–hal penting yang perlu diingat
klien)
Menggunakan bahasa sederhana
Gunakan alat bantu visual saat menjelaskan
Beri kesempatan klien untuk bertanya dan minta klien untuk
mengingat hal-hal penting.
Saat - saat sulit dalam penerapan KIP/K
Diam
Klien menangis
Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah
klien
Konselor melakukan kesalahan
Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Klien menolak bantuan konselor
Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor
Waktu yang diiliki konselor terbatas.
Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Konselor dan klien sudah saling kenal
Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai
dengan topik pembicaraan.
Klien bertanya tentang hal - hal pribadi konselor
Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Keadaan kritis
Upaya mengatasi saat-saat sulit dalam
KIP/K
Diam
Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien yang merasa cemas atau marah.
Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien yang merasa cemas atau marah.
Apabila terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat,
sebaiknya konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan : misalnya “saya
mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan”, biasanya pada awal–awal pertemuan
klien –klien saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?
Apabila klien diam karena marah, sebagai konselor anda dapat
berkata : bagaimana perasaan ibu setelah berada disini sekarang?.
Pertanyaan–pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa
saat, pada saat ini konselor memandang klien dan memperlihatkan sikap tubuh
yang menunjukkan perhatian.
Apabila terjadi pada pertengahan pertemuan, konselor harus
memperhatikan pada konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi.
Mungkin hal tersebut terjadi karena klien merasa berat menceriterakan hal–hal
yang pribadi atau suatu rahasia tentang dirinya atau ia tidak senang dengan sikap
konselor. Pada umumnya lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor
merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
Apabila klien diam karena sedang berfikir. Konselor tidak
perlu berusaha memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak
menerima.
Klien menangis
Klien yang menangis tersedu–sedu membuat konselor merasa
tidak nyaman. Reaksi wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan,
tetapi hal ini tidak selalu menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa
disebabkan karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk melepaskan emosi.
Dalam hal ini yang dapat dilakukan konselor adalah menunggu beberapa saat dan
apabila terus menangis katakan bahwa tidak apa–apa kalau masih ingin menangis.
Biasanya tangisan mereda sendiri setelah beberapa lama. Kadang–kadang menangis
dilakukan untuk menarik perhatian atau untuk menghentikan pertanyaan–pertanyaan
yang menyelidik lebih lanjut. Tangisan juga merupakan cara klien untuk
memanipulasi konselor. Perlu ditegaskan lagi bahwa cara terbaik adalah dengan
memberi kesempatan klien untuk menangis.
Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah
klien
Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tau harus berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek atau orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun masalah yang dihadapi sangat sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut atau misalkan seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaaan tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien saat–saat sulit. Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat membantu, karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau pemikiran baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya. Semakin lama klien mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya maka semakin memungkinkan baginya untuk memehami mengapa keadaan itu terjadi pada dirinya dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.
Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tau harus berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling adalah pada subyek atau orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun masalah yang dihadapi sangat sulit, seperti misalnya seorang remaja putri ingin melakukan aborsi, sementara konselor tidak mungkin memenuhi permintaan tersebut atau misalkan seorang ibu yang kehilangan bayi yang baru dilahirkannya. Dalam hal ini tidak berarti bahwa konselor tidak dapat menolong klien. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan masalahnya adalah dengan mengatakan pada klien bahwa meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaaan tetapi konselor akan selalu menyediakan waktu untuk klien, membantu klien saat–saat sulit. Semakin mengenal klien secara baik maka akan sangat membantu, karena pada klien dapat timbul perubahan pandangan atau pemikiran baru sehingga klien lebih siap dalam menghadapi masalahnya. Semakin lama klien mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya maka semakin memungkinkan baginya untuk memehami mengapa keadaan itu terjadi pada dirinya dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.
Konselor melakukan kesalahan.
Dalam banyak hal konselor dapat melakukan suatu kesalahan,
konselor mungkin salah mengartikan maksud kata–kata klien, konselor mungkin
tidak konsentrasi sehingga bertanya berkali–kali pada klien tentang suatu hal,
konselor mungkin memberikan informasi yang salah, konselor mungkin merasa malu
atau marah karena ucapan klien. Hal utama yang terpenting untuk menciptakan
hubungan yang baik dengan klien adalah bersikap jujur. Menghargai klien adalah
salah satu hal yang penting dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien
dapat ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan
kesalahan. Minta maaflah apabila salah atau keliru. Misalnya konselor dapat
mengatakan : maaf saya lupa bahwa tadi ibu sudah mengatakan kalau ibu sudah
memiliki tiga orang anak. Seandainya konselor tersinggung atau marah karena
kata–kata klien, konselor perlu menyadari dan dapat mengatakan penyesalan.
Perlu diketahui bahwa apapun reaksi emosi konselor, akan dirasakan klien.
Semakin terbuka perasaan kita selama pertemuan dengan klien maka semakin
terbuka pula perasaan klien.
Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien
Hal ini merupakan merupakan kecemasan yang biasa diutarakan
oleh konselor. Seperti situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa
konselor tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari
informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat menunjukkan sumber lain untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar
pengetahuan akan lebih berpengaruh negatif dalam hubungan dengan klien yang
sudah terbina dengan baik, lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan
konselor.
Klien menolak bantuan konselor
Pada pertemuan pertama penting sekali menjajagi mengapa dan
apa yang mendasari atau mendorong klien untuk datang berkonsultasi, banyak
klien yang merasa terpaksa datang, mungkin karena diperintah oleh mertua,
mungkin karena takut mengetahui ada sesuatu dengan kondisi kesehatannya, dsb.
Membuka pembicaraan dengan menanyakan mengapa mereka datang ke klinik akan sangat
membantu . Selanjutnya, kita dapat mengatakan : ”Saya dapat mengerti perasaan
ibu, saya senang ibu datang hari ini untuk mendiskusikan tentang kondisi
kesehatan ibu, kita punya waktu untuk membicarakan tentang kebutuhan-kebutuhan
ibu”. Kalau klien sama sekali tidak mau bicara, tekankan pada hal-hal yang
positif, paling tidak ia sudah datang dan berkenalan dengan konselor, mungkin
ia mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan lanjutan.
Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor.
Kesulitan ini diucapkan klien dengan mengatakan :”Saya
canggung membicarakan hal itu dengan wanita.” Saya berharap berhadapan dengan
laki-laki.” Kemungkinan hal itu tidak disampaikan secara verbal, tetapi
konselor dapat melihat dari sikap klien. Dalam situasi seperti ini, sebaiknya
konselor mengemukakan hal ini dengan mengatakan:”Barangkali Bapak mengharapkan
akan berhadapan dengan konselor pria?”. Selanjutnya katakan”Orang kadang-kadang
awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama (atau
berlawanan) jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu
semakin tidak penting apabila kita sudah semakin mengenal teman bicara kita.
Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.!” Biasanya
klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap
penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai terhadap klien. Pengunaan
kata-kata menunjukkan perhatian positif dan refleksi akan sangat membantu
karena klien merasa diterima apapun kata-kata yang diucapkannya.
Apabila klien menyampaikan sebelumnya bahwa dirinya
menghargai konselor yang sama (atau berbeda) jenis kelaminnya, hal itu bisa
dipenuhi apabila memungkinkan. Tetapi pada kenyataannya berhadapan dengan
seseorang dengan jenis kelamin berbeda dan menjadi masalah bagi klien,
merupakan latihan yang baik bagi klien. Karena itu sebelumnya konselor harus
dapat melihat apakah klien betul-betul mau mencoba.
Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Sebaiknya sejak awal pertemuan klien mengetahui berapa lama
waktu konselor yang tersedia untuk dia. Ada saat di mana konselor tidak
memiliki waktu sebanyak biasanya. Karena itu konselor sebaiknya memberikan
informasi tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf, menjelaskan
sebab keterbatasan waktunya dan menunjukkan bahwa konselor mengharapkan bertemu
klien pada pertemuan selanjutnya. Meskipun waktunya sebentar , dapat diperoleh
suatu hasil pembicaraan seperti halnya demonstrasi bermain peran peserta. Lebih
baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada daripada meminta klien pergi.
Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Kadang-kadang ”rapport” yang baik dengan klien sulit terjadi.
Hal ini bukan berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien kepada
konselor lain. Akan lebih baik konselor minta pendapat kepada teman sesama
petugas di kliniknya untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak
kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak
klien. Segala kemungkinannya perlu dijajagi. Salah satu aspek penting dari
pelatihan adalah bahwa konselor belajar mengatasi situasi yang tidak nyaman
bagi dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya dilakukan. Mengirim atau
meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin berpengaruh buruk pada
klien. Lebih baik mencoba melanjutkan konseling, terutama dengan membuat klien
merasa llebih nyaman tentang dirinya sendiri.
Konselor dan klien sudah saling kenal
Pada kelompok masyarakat kecil biasanya antara konselor dan
klien sudah saling kenal. Kalau hubungan ini biasa-biasa saja(tidak terlalu
akrab), konselor dapat melayani seperti pada umumnya, tetapi perlu ditekankan
bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga, dan konselor akan bersikap sedikit
berbeda dengan sikap di luar konseling terhadap klien sebagai temannya. Apabila
hubungan konselor dan klien sudah sangat akrab, perlu disampaikan pada klien
bahwa lebih baik pindah ke konselor lain yang melayani konseling berdasarkan
pengalaman, hubungan akrab ini dapat sangat mempengaruhi jalannya konseling.
Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai
dengan topik pembicaraan.
Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan , setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.
Situasi ini kebalikan dari situasi dimana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus-menerus mengulang pembicaraan , setelah beberapa saat perlu dipotong pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu, apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan sesuatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada kesulitan yang disampaikan ?” Pertanyaan seperti ini membantu klien memfokuskan kembali percakapan.
Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor
Hubungan konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan
hubungan sosial. Hal ini penting karena dengan demikian konselor bersikap
berbeda dengan sikap orang lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit
dimengerti klien pada awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan
hangat. Resiko dari hubungan seperti ini adalah konselor mendapat
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal
ini sebaiknya tidak dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan
perhatian konselor dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian
pertanyaan yang pada awalnya bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan
akan menjurus kepada masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor.
Hal ini akan menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah
pada konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut.
Kadang-kadang klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama.
Jawaban ”YA” akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara
kalau dijawab ”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya. Akan
lebih baik apabila ada pertanyaan-pertanyaan pribadi konselor yang menyatakan
bahwa kalau konselor bercerita tentang dirinya tidak akan membantu klien , oleh
karena itu lebih baik tidak bercerita. Klien akan menerima aturan ini. Hal ini
akan lebih baik daripada menjawab sebagian saja dari pertanyaan klien, bukan
semuanya, atau lebih-lebih mengelak karena akan merusak
kepercayaannya/keterbukaan klien terhadap konselor.
Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Keadaan kritis.
KESIMPULAN
|
Kemampuan dan keterampilan
dalam membuat keputusan, terutama dalam masalah kedaruratan merupakan hal yang
sangat penting. Dalam konseling, pengambilan keputusan mutlak ada di tangan
klien, sedangkan bidan membantu klien supaya keputusan yang diambil merupa Hubungan
konselor-klien adalah hubungan profesional, bukan hubungan sosial. Hal ini
penting karena dengan demikian konselor bersikap berbeda dengan sikap orang
lain dalam kehidupan klien. Hal ini mungkin sulit dimengerti klien pada
awalnya, terutama kalau konselor bersikap akrab dan hangat. Resiko dari
hubungan seperti ini adalah konselor mendapat pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat pribadi dari klien yang harus dijawab. Hal ini sebaiknya tidak
dilakukan karena beberapa alasan. Hal ini akan mengalihkan perhatian konselor
dari klien. Hal ini akan mengarah pada serangkaian pertanyaan yang pada awalnya
bersifat ringan saja, lama kelamaan pertanyaan akan menjurus kepada
masalah-masalah pribadi yang tidak ingin dijawab konselor. Hal ini akan
menimbulkan salah pengertian pada klien, seakan ada hal yang salah pada
konselor atau pada klien karena perhatian pada masalah tersebut. Kadang-kadang
klien ingin tahu apakah konselor pernah mengalami hal yang sama. Jawaban ”YA”
akan membuat klien tidak yakin konselor dapat menolong. Sementara kalau dijawab
”TIDAK” klien akan merasa konselor tidak tahu masalahnya.kan suatu keputusan
yang tepat.
EVALUASI
|
1.
Jelaskan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan???
2.
Jelaskan tipe pengambilan keputusan???
3.
Jelaskan cara pemberian informasi efektif???
4.
Jelaskan upaya untuk mengatasi kesulitan???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar