CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 17 Mei 2013

KALA III PERSALINAN


HAND OUT
Mata Kuliah                : Bd 302 ASKEB II 
SKS                              : 2 SKS
Dosen                           : Delfi Prima Yufi
Waktu                          : 30 Menit
Topik                            : Asuhan Kebidanan Pada Kala III
Sub topic                      : 
1.      Fisiologi Kala III
2.      Tanda Pelapasan Plasenta
3.      Mekanisme Pengeluaran Plasenta
4.      Mengetahui Apakah Plasenta Telah Lepas Dari Tempat Implantasinya
5.      Manajemen Aktif Kala III
A.    OBJEKTIF PERILAKU SISWA
1.      Setelah selesai perkuliahan ini, mahasiswa dapat menjelaskan tentang fisiologi kala III.
2.      Setelah sub topik ini dibahas, mahasiswa dapat menjelaskan tentang mekanisme pelepasan plasenta.
3.      Tanpa melihat catatan, mahasiswa dapat menjelaskan tentang manajemen aktif kala III.

B.     REFERENSI
1.      Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC: 1998.
2.      Prawirohardjo sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta :Bina Pustaka. 2007.
3.      Sastrawinata, sulaiman. Obsetetri Fisiologi. Bandung : Eleman. 1983.
4.      Wiknjosastro, dkk. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPKKR . 2008.
C.    ALAT DAN BAHAN
Hand out, Power point, LCD, Laptop, White board, Spidol, OHP, flip chart,
D.   
PENDAHULUAN
LAMPIRAN MATERI

Sebagian besar kesakitan dan kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian 2/3 disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta. Perdarahan pascapersalinan dapat terjadi segera setelah bayi lahir atau pada masa nifas. Keadaan ini bisa terjadi jika seorang penolong persalinan tidak mengetahui perubahan fisiologis pada kala tiga terutama tanda-tanda pelepasan plasenta. Hal ini perlu diketahui oleh seorang bidan dalam penanganan manajeman aktif kala tiga untuk mempercepat pengeluaran plasenta. Jika bidan tidak dapat mengetahui hal tersebut maka akan menyebabkan retensio plasenta yang merupakan  salah satu penyebab perdarahan pasca persalinan. Oleh sebab itu seorang bidan harus mengetahui tujuan, keuntungan, kebiasaan yang tidak perlu dilakukan dan langkah-langkah serta alasan dalam malakukan manajemen aktif kala tiga. Hal ini sangat penting  bagi seorang bidan dalam mencegah perdarahan pascapersalinan sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu.
MATERI
 

Asuhan Persalinan Pada Kala III Persalinan
            Parus kala III disebut juga dengan kala uri. Kala III ini, tidak kala penting dari kala I dan Kala II. Kelalaian dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. 
1.1 FISIOLOGI KALA III
Kala III terdiri dari 2 fase:
A.    Fase pemisahan plasenta
B.     Fase pengeluaran plasenta
A.    Fase pemisahan/pelepasan plasenta
    • Segera setelah bayi dan air ketuban sedah tidak berada dalam uterus
    • Kontraksi akan terus berlangsung
    • Ukuran rongga uterus akan mengecil
    • Pengurangan ukuran tempat melekatnya plasenta
    • Plasenta menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus
    • Sebagian pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas
    • Tempat melekatnya plasenta akan berdarah sehingga uterus berkontraksi
    • Uterus berkontraksi akan menekan semua pembuluh darah yang akan rnenghentikan perdarahan
    • Sebelum uterus berkontraksi wanita tsb bisa kehilangan darah 350 - 560 cc/rant
B.     Fase pengeluaran plasenta
    • Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya
    • Kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah Iepas dari dinding uterus merupakan tujuan dart manajemen kebidanan Kala III

1.2   Tanda Pelapasan Plasenta
Setelah plasenta memisah dan turun ke segmen bawah uterus, menyebabkan tanda-tanda Minis dari pemisahan plasenta sbb:
a.       Bentuk uterus berubah menjadi globular
b.      Uterus naik
c.       Tali pusat memanjang
d.      Semburan darah

1.3   Ada 2 mekanisme pengeluaran plasenta:
a.       Mekanisme Schultze:
Pelepasan plasentah di mulai dari tengah
b.      Mekanisme Duncan:
Pelepasan plasentah di mulai dari tengah
c.       Mekanisme Ahlfeld
Pelepasan plasenta serempak dari tengah dan dari pinggir

1.4  Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dart tempat implantasinya, ada beberapa parasat:
1.      Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas simpisis. Bila talpus masuk ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas. Bila tetap atau tidak masuk kembali kedalam vagina, barati plasenta sudah lepas.
2.      Perasat Strassmen
Tangan kanan :meregangkan talpus, tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada talpus yang diregangkan, berarti plasenta belum lepas. Bila tidak terasa getaran berarti plasenta telah lepas.
3.      Perasat Klein
Wanita tsb disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun kebawah. Bila pengedanannya dihentikan dan talpus masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas

1.5  Manajemen Aktif Kala III
A.    Tujuan manajemen aktif kala tiga
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga dan nengurangi kehilangan darah di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.


B.     Keuntungan-keuntungan manajeman aktif kala tiga :
Selama dekade terakhir, penelitian klinis telah menunjukkan bahwa manajemen aktif kala III dapat menurunkan kejadian perdarahan postpartum, memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk kelahiran plasenta, mengurangi kemungkinan terjadinya retensio plasenta dan mengurangi penggunaan transfusi darah dan terapi oksitosin.
Berdasarkan penelitian ini, WHO telah merekomendasikan agar semua dokter dan bidan melaksanakan manajemen aktif kala III. Hal ini membedakan dari asuahan kebidanan kala III hanya satu cara : pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi uterus dan mempercepat pelepasan plasenta. Dalam semua hal lainnya, langkah-langkah manajemen aktif adalah sama dengan langkah-langkah yang selama ini ditempuh oleh para bidan.
Kebiasaan yang lazim dilakukan tetapi tidak membawa manfaat atau bahkan mambahayakan :
Tindakan
Deskripsi dan keterangan
Mendorong uterus sebelum plasenta lahir
Dapat menyebabkan pelepasan plasenta tidak lengkap dan mengakibatkan perdarahan pascapersalinan.
Mendorong fundus ke bawah mengarah vagina.
Mengakibatkan inversi uterus.
Tarikan tali pusat terlalu kuat.
Menyebabkan tali pusat putus.
Membiarkan plasenta tetap berada dalam uterus.
Menyebabkan bertambahnya pengeluaran darah karena uterus tidak sepenuhnya berkontraksi sampai plasenta lahir.

Bidan yang menolong persalinan hendaknya mempelajari terlebih dahulu dengan baik bagaimana cara melakukan manajemen aaktif kala tiga sebelum mempraktekkannya di bawah pengawasan pelatih yang berpengalaman. Hal ini untuk menghindari kesalaahan prosedur yang akan merugikan ibu.
C.    Pemantauan Kala III
Saat memasuki kala III, periksa dan pastikan bahwa tidak ada bayi ke-2. Setelah menyuntikkan oksitosin pantau kontraksi rahim dan datangnya tanda-tanda pelepasan plasenta saat melakukan PTT. Perhatikan kandung kemih, bila penuh harus segera dilakukan pengosongan agar tidak mengganggu pengeluaran plasenta ataupun menimbulkan perdarahan postpartum.
Setelah plasenta keluar dari kavum uteri, tinggi fundus uteri menjadi sepusat dan normalnya uterus langsung berkontraksi. Tandanya uterus berkontraksi dengan baik adalah dengan adanya perdarahan tetapi tidak melebihi 400 ml dan uterus teraba membulat keras.
Apabila perdarahan berlanjut sedangkan tinggi fundus uteri sepusat, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong, cari sumber perdarahannya. Kemungkinannya dari robekan jalan lahir atau sisa plasenta.
D.  Penanganan/langkah-langkah dan alasan yang dilakukan pada manajemen aktif kala III :
Penatalaksanaan aktif pada kala III meliputi :
1.      Pemberian oksitosin dengan segera.
2.      Penegangan tali pusat terkendali.
3.      Masase uterus
1.      Menyuntikkan Oksitosin
ü  Anjurkan asisten atau anggota keluarganya untuk membantu ibu memposisikan bayi pada payudara sementara bidan memulai manajemen aktif kala III.
v  Hisapan bayi pada payudara akan merangsang pelepasan oksitosin alamiah yang menyebabkan uterus berkontraksi.
ü  Memeriksa fundus uteri untuk memastikan bahwa tidak ada janin kedua.
v  Oksitosin menyebabkan kontraksi uterus yang kuat yang bisa menghentikan suplai oksigen ke bayi di dalam rahim.
ü  Memberitahu ibu akan disuntik
v  Asuahan sayang ibu mencakup penjelasan tentang prosedur kepada ibu sebelum melakukannya.
v  Menyuntikkan oksitosin 10 unit secara intramuskuler pada bagian luar paha 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah. Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi.
v  Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta. Paha lebih mudah dilihat dibanding pinggul ketika ibu sedang terlentang dan lebih aman tidak ada bahaya akan mengenai syaraf sciatica.
v  ika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilakn oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg IM
v  Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan preeklampsia, ekalampsia atau dengan tekanan darah tinggi, karena hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit serebro-vaskuler.
2.      Penegangan Tali Pusat Terkendali
ü  Memindahkan  klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
v  Memegang tali pusat dari jarak dekat akan mencegah evulsi tali pusat.
ü  Secara terus-menerus pantaulah tanda-tanda pelepasan plasenta (pemanjangan tali pusat, semburan darah, uterus menjadi globular bentuknya dan naik di dalam abdomen), letakkan satu tangan secara perlahan di atas abdomen untuk meraba apakah sudah ada kontraksi atau perubahan pada uterus, tetapi jangan melakukan masase atau memanipulasi uterus. Jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta, jangan tarik tali pusat. Secara perlahan dan lembut peganglah tali pusat tersebut dan coba lagi pada kontraksi berikutnya
v  Gaya berat akan membantu pelepasan plasenta dan turun ke dalam vagina
@ Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
v  Bisa merasakan uterus berkontraksi saat plasenta lepas.
@ Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial.
v  Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu. Melakukan peregangan terkendali akan membuat bidan dapat melahirkan plasenta dengan aman segera setelah pelepasan plasenta terjadi. Peregangan kearah yang berlawanan diatas simfisis pubis mencegah inversio uterus pada waktu melahirkan plasenta.
@ Jika dengan penegangan tali pusat terkendali, tali pusat  terlihat bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian  ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir hinga plasenta tampak pada vulva.
v  Untuk melahirkan secara efisien dan efektif, segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus dapat mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
ü  Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
ü  plasenta belum lepas juga dalam waktu 15 menit :
·         Suntik ulang 10 unit oksitosin IM
·         Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh
·         Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk
·         Ulangi lagi PTT selama 15 menit
·         Rujuk bila plasenta tidak lahir setelah mencoba PTT dalam waktu 15 menit kedua
@ Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput plansenta
v  Bila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk menarik robekan selaput ketuban tersebut keluar atau masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari mulut rahim.
3.      Masase Uterus
ü  Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
v  Mencegah kehilangan darah yang berlebihan, diagnosa cepat dari atoni.
ü  Sementara tangan kiri melakukan masase uterus, periksalah plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa kotiledon dan membran sudah lengkap. Tempatkan plasenta yang sudah diperiksa tersebut ke dalam kantung plastik atau pot tanah.
v  Jika tidak lengkap, hal itu bisa menyebabkan perdarahan. Plasenta perlu ditangani dengan cara seperti itu untuk mencegah infeksi.
ü  Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Jika uterus masih belum berkontraksi, ulangi masase ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase sehingga segera dapat diketahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
-          Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan.
ü  Periksalah vagina dan perineum untuk memastikan tidak ada laserasi yang masih mengeluarkan darah, bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
v  Mencegah kehilangan darah.
KESIMPULAN
 

Parus kala III disebut juga dengan kala uri. Kala III ini, tidak kala penting dari kala I dan Kala II. Kelalaian dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. 
         Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga dan mengurangi kehilangan darah di bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
         Keuntungan-keuntungan manajeman aktif kala tiga, Manajemen aktif kala III dapat menurunkan kejadian perdarahan postpartum, memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk kelahiran plasenta, mengurangi kemungkinan terjadinya retensio plasenta dan mengurangi penggunaan transfusi darah dan terapi oksitosin.
Penatalaksanaan aktif pada kala III meliputi : Pemberian oksitosin dengan segera Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta, Penegangan tali pusat terkendali Melakukan peregangan terkendali akan membuat bidan dapat melahirkan plasenta dengan aman segera setelah pelepasan plasenta terjadi, Masase uterus mencegah kehilangan darah yang berlebihan, diagnosa cepat dari atoni.





EVALUASI
 


1. Persalinan kala III disebut juga sebagai :
            a. Kala Uri                                           c. Kala Evaluasi
            b. Kala Lahirnya bayi                           d. Kala BBL
2.  Langkah dalam manajemen aktif kala III, kecuali :
            a.  Suntik Oksitosin                                c. Massase
            b.  Pemotongan Tali Pusat                  d. PTT
3.  Berikut adalah hal yang dilihat pada pemeriksaan plasenta,  kecuali:
            a. Insersi tali pusat                                c. Ketiledon
            b. Warna tali pusat                              d. Selaput Plasenta
4.  Berikut  tanda-tanda pelepasan plasenta?
           a.  Tali pusat bertambah panjang             c.  Sakit Pinggang
           b.  Keluar Darah Bercampur Lendir             d.  Kepala Masuk PAP
5.  Apa yang harus dilakukan bidan jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit :
           a.  Terus menerus PTT                                c. Infus RL
           b.  Rujuk untuk di curet                              d. Suntik Oksitosin ( yang kedua )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar